A'dinging-dinging kampung Tenro hingga kini tetap terjaga

Prosesi budaya a'dinging-dinging kampung Tenro yang di gelar setiap hari senin terakhir di bulan Muharram merupakan budaya yang turun temurun dan budaya ini sudah sejak abad 16 dan berlangsung hingga kini.

Prosesi budaya a'dinging-dinging di gelar sebagai bentuk perayaan kemenangan perang pada awal lahirnya a'dinging-dinging. Perayaan a'dinging-dinging ini menurut ahli sejarah Abd. Hakim bahwa pada masa itu ada pasukan khusus dari raja Gowa yang ingin menjemput paksa pemimpin kampung di kampung Tenro. Pada saat itu menurut Abd. Hakim pasukan khusus itu sudah siaga dan siap menjemput komandan kampung pada waktu itu. Tapi dengan kegigihan dan keberanian pemimpin kampung kala itu di bantu warga kampung berhasil menaklukkan pasukan yang akan menjemput pemimpin merekea.

Keberhasilan mempertahankan pemimpin mereka di laksanakan acara syukuran yang di sebut a'dingin-dingin. Yang sebelum hari H pelaksanaan acara a'dinging-dinging ini di lakukan angrajo-rajo yakni keliling kampung untuk menjaga segala kemungkinan yang akan terjadi di kampung Tenro. Acara a'dinging-dinging ini dilaksanakan dengan acara ritual a'buak jekne yakni membuat air suci yang di laksanakan di malam sebelum hari H.

A'buak jekne sendiri di lakukan dengan mengambil air dari mata air yang di sucikan dan masih di jaga sampai sekarang. Air itu sendiri di ambil dengan menggunakan kendi dengan berjalan kaki dengan jarak sekira 1 km. Selama perjalanan wanita-wanita yang berjumlah 7 orang tidak perbicara sepatahkatapun selama perjlanan. Dan selama pengambilan air tersebut di iringi gangrang (pemukulan gendang) selama perjalanan. Prosesi ini masih berlangsung hingga sekarang dan masih terjaga. Ayo ke acara a'dinging-dinging di kampung Tenro.

Tweet

Postingan terkait:

Ditulis Baccung — Saturday 25 November 2017 — Add Comment — A'dinging-dinging Tenro, Budaya Selayar, Wisata Selayar