Kabupaten Kepulauan Selayar adalah
sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten Kepulauan Selayar adalah Kota Benteng.
Kabupaten ini memiliki luas sebesar 10.503,69 km² (wilayah daratan dan lautan)
dan berpenduduk sebanyak ±134.000 jiwa. Kabupaten Kepulauan Selayar terdiri
dari 2 sub area wilayah pemerintahan yaitu wilayah daratan yang meliputi
kecamatan Benteng, Bontoharu, Bontomanai, Buki, Bontomatene, dan Bontosikuyu serta
wilayah kepulauan yang meliputi kecamatan Pasimasunggu, Pasimasunggu Timur,
Takabonerate, Pasimarannu, dan Pasilambena.
Pada masa lalu, Kabupaten Kepulauan
Selayar pernah menjadi rute dagang menuju pusat rempah-rempah di Maluku. Di
Pulau Selayar, para pedagang singgah untuk mengisi perbekalan sambil menunggu
musim yang baik untuk berlayar. Dari aktivitas pelayaran ini pula muncul nama
Selayar. Nama Selayar berasal dari kata cedaya (Bahasa Sanskerta) yang berarti satu layar, karena konon banyak perahu satu
layar yang singgah di pulau ini. Kata cedaya telah diabadikan namanya dalam
Kitab Negarakertagama karangan Empu Prapanca pada abad 14.
Ditulis bahwa pada pertengahan abad 14, ketika Majapahit
dipimpin oleh Hayam Wuruk yang bergelar Rajasanegara, Selayar digolongkan dalam
Nusantara, yaitu pulau-pulau lain di luar Jawa yang berada di bawah kekuasaan
Majapahit. Ini berarti bahwa armada Gajah Mada
atau Laksamana Nala pernah singgah di pulau ini.
Selain nama Selayar, pulau ini
dinamakan pula dengan nama Tana Doang yang berarti tanah tempat berdoa. Di masa
lalu, Pulau Selayar menjadi tempat berdoa bagi para pelaut yang hendak
melanjutkan perjalanan baik ke barat maupun ke timur untuk keselamatan
pelayaran mereka. Dalam kitab hukum pelayaran dan perdagangan Amanna Gappa (abad 17),
Selayar disebut sebagai salah satu daerah tujuan niaga karena letaknya yang
strategis sebagai tempat transit baik untuk pelayaran menuju ke timur dan ke
barat. Disebutkan dalam naskah itu bahwa bagi orang yang berlayar dari Makassar
ke Selayar, Malaka, dan Johor, sewanya 6 rial dari tiap seratus orang.
Belanda mulai memerintah Selayar pada tahun 1739. Selayar ditetapkan sebagai sebuah keresidenan dimana residen pertamanya adalah W. Coutsier (menjabat dari 1739-1743). Berturut-turut kemudian Selayar diperintah oleh orang Belanda sebanyak 87 residen atau yang setara dengan residen seperti Asisten Resident, Gesagherbber, WD Resident, atau Controleur. Barulah Kepala pemerintahan ke 88 dijabat oleh orang Selayar, yakni Moehammad Oepoe Patta Boendoe. Saat itu telah masuk penjajahan Jepang sehingga jabatan residen telah berganti menjadi Guntjo Sodai, pada tahun 1942. Di zaman Kolonial Belanda, jabatan pemerintahan di bawah keresidenan adalah Reganschappen. Reganschappen saat itu adalah wilayah setingkat kecamatan yang dikepalai oleh pribumi bergelar "Opu". Dan kalau memang demikian, maka setidak-tidaknya ada sepuluh Reganschappen di Selayar kala itu, antara lain: Reganschappen Gantarang, Reganschappen Tanete, Reganschappen Buki, Reganschappen Laiyolo, Reganschappen Barang-Barang dan Reganschappen Bontobangun. Di bawah Regaschappen ada kepala pemerintahan dengan gelar Opu Lolo, Balegau dan Gallarang. Pada tanggal 29 November1945 (19 Hari setelah Insiden Hotel Yamato di Surabaya) pukul 06.45 sekumpulan pemuda dari beberapa kelompok dengan jumlah sekitar 200 orang yang dipimpin oleh seorang pemuda bekas Heiho bernama Rauf Rahman memasuki kantor polisi kolonial (sekarang kantor PD. Berdikari). Para pemuda ini mengambil alih kekuasaan dari tangan Belanda yang di kemudian hari tanggal ini dijadikan tanggal Hari Jadi Kabupaten Kepulauan Selayar. Tahun Hari Jadi diambil dari tahun masuknya Agama Islam di Kabupaten Kepulauan Selayar yang dibawa oleh Datuk Ribandang, yang ditandai dengan masuk Islamnya Raja Gantarang, Pangali Patta Radja, yang kemudian bernama Sultan Alauddin, pemberian Datuk Ribandang. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1605, sehingga ditetapkan Hari Jadi Kabupaten Kepulauan Selayar adalah 29 November 1605.
Belanda mulai memerintah Selayar pada tahun 1739. Selayar ditetapkan sebagai sebuah keresidenan dimana residen pertamanya adalah W. Coutsier (menjabat dari 1739-1743). Berturut-turut kemudian Selayar diperintah oleh orang Belanda sebanyak 87 residen atau yang setara dengan residen seperti Asisten Resident, Gesagherbber, WD Resident, atau Controleur. Barulah Kepala pemerintahan ke 88 dijabat oleh orang Selayar, yakni Moehammad Oepoe Patta Boendoe. Saat itu telah masuk penjajahan Jepang sehingga jabatan residen telah berganti menjadi Guntjo Sodai, pada tahun 1942. Di zaman Kolonial Belanda, jabatan pemerintahan di bawah keresidenan adalah Reganschappen. Reganschappen saat itu adalah wilayah setingkat kecamatan yang dikepalai oleh pribumi bergelar "Opu". Dan kalau memang demikian, maka setidak-tidaknya ada sepuluh Reganschappen di Selayar kala itu, antara lain: Reganschappen Gantarang, Reganschappen Tanete, Reganschappen Buki, Reganschappen Laiyolo, Reganschappen Barang-Barang dan Reganschappen Bontobangun. Di bawah Regaschappen ada kepala pemerintahan dengan gelar Opu Lolo, Balegau dan Gallarang. Pada tanggal 29 November1945 (19 Hari setelah Insiden Hotel Yamato di Surabaya) pukul 06.45 sekumpulan pemuda dari beberapa kelompok dengan jumlah sekitar 200 orang yang dipimpin oleh seorang pemuda bekas Heiho bernama Rauf Rahman memasuki kantor polisi kolonial (sekarang kantor PD. Berdikari). Para pemuda ini mengambil alih kekuasaan dari tangan Belanda yang di kemudian hari tanggal ini dijadikan tanggal Hari Jadi Kabupaten Kepulauan Selayar. Tahun Hari Jadi diambil dari tahun masuknya Agama Islam di Kabupaten Kepulauan Selayar yang dibawa oleh Datuk Ribandang, yang ditandai dengan masuk Islamnya Raja Gantarang, Pangali Patta Radja, yang kemudian bernama Sultan Alauddin, pemberian Datuk Ribandang. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1605, sehingga ditetapkan Hari Jadi Kabupaten Kepulauan Selayar adalah 29 November 1605.
Kabupaten Selayar yang merupakan
salah satu Kabupaten dalam wilayah Provinsi Slawesi Selatan, terbentuk
berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerahdaerah
Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822). Yang kemudian berubah
nama menjadi Kabupaten Kepulauan Selayar berdasarkan PP. No. 59 Tahun 2008.
NAMA-NAMA
BUPATI KEPULAUAN SELAYAR
(SEJAK TAHUN 1965 HINGGA SEKARANG)
Names of The Regent of Selayar
(Since Year 1965 Until Now)
(SEJAK TAHUN 1965 HINGGA SEKARANG)
Names of The Regent of Selayar
(Since Year 1965 Until Now)
NO
|
NAMA
BUPATI
Name of the Regent Head |
PERIODE
Period |
01
|
PATTA TJORA
|
1965
|
02
|
A. H. DG. MARIMBA
|
1965
– 1968
|
03
|
ABD. RAUF RACHMAN
|
1969
– 1971
|
04
|
ANDI PALIOI
|
1971
– 1974
|
05
|
ANAS ACHMAD
|
1975
– 1983
|
06
|
ISMAIL
|
1984
– 1989
|
07
|
ZAENAL ARIFIN KAMMI
|
1989
– 1994
|
08
|
H. M. AKIB PATTA
|
1994
- 1999
|
09
|
H. M. AKIB PATTA
|
1999
- 2004
|
10
|
H. A. SYAMSUL ALAM MALLARANGENG
|
2004
– 2005
|
11
|
H. SYAHRIR WAHAB
|
2005
– 2010
|
12
|
H. SYAHRIR WAHAB
|
2010
- Sekarang
|
@berbagaisumber
Belum ada tanggapan untuk "Sejarah Selayar"
Post a Comment